Sabtu, 12 Desember 2015

Tafsir surah Yasin ayat 78-82 dan surat Al Qari'ah ayat 1-8



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Surah Yasin Ayat 78-82
1.      Teks Ayat
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلٗا وَنَسِيَ خَلۡقَهُۥۖ قَالَ مَن يُحۡيِ ٱلۡعِظَٰمَ وَهِيَ رَمِيمٞ ٧٨ قُلۡ يُحۡيِيهَا ٱلَّذِيٓ أَنشَأَهَآ أَوَّلَ مَرَّةٖۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلۡقٍ عَلِيمٌ ٧٩ ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُم مِّنَ ٱلشَّجَرِٱلۡأَخۡضَرِ نَارٗا فَإِذَآ أَنتُم مِّنۡهُ تُوقِدُونَ ٨٠ أَوَ لَيۡسَ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ بِقَٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يَخۡلُقَ مِثۡلَهُمۚ بَلَىٰ وَهُوَ ٱلۡخَلَّٰقُٱلۡعَلِيمُ ٨١ إِنَّمَآ أَمۡرُهُۥٓ إِذَآ أَرَادَ شَيۡ‍ًٔا أَن يَقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٨٢
78. Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?
79. Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk
80. yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu"
81. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui
82. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia
  
       2. Penafsiran Ayat
            Penafsiran dari ayat 78-79, Firman Allah, “Dan apakah manusia tidak memperhatikan. Dalam ayat tersebut telah dijelaskan contoh dari sikap menantang serta ucapan dan bantahan pendurhaka( Ubayy Ibn Ka’b, Al-‘ash Ibn Wail,Abu Jahal, Ubayy Ibn Khalaf serta Al-Walid Ibn al- Mughirah). Mereka menolak mempercayai adanya hari kebangkitan.  Telah di riwayatkan oleh Ibn Wahb dari Malik “ Bahwa kami menciptakannya dari setitik air(mani), “yaitu setetes air”. Apabila menetes( keluar setitik demi setitik), maka tiba-tiba ia menjadi penentang yang nyata!, atau lawan dalam pertikaian dan dalam menjelaskan hujah. Maksudnya , bahwa air sebelum tidak menjadi apa-apa itu berubah menjadi penentang yang nyata. Hal itu, karena manusia datang kepada Nabi Muhammad SAW dengan membawa tulang yang sudah berubah, lalu dia berkata, “ wahai Muhammad, tidakkah engkau tahu bahwa Allah menghidupkan ini setelah hancur? Nabi Muhammad SAW kemudian menjawab, “iya dan Allah akan membangkitkanmu, dan memasukkanmu kedalam neraka.” Dan dia membuat perumpamaan bagi kami, dan dia berkata,” siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang hancur telah luluh?”. Dan dia membuat perumpamaan bagi kami, dan dia lupa kepada kejadiannya”, maksudnya, dia lupa bahwa kami menciptakannya dari setetes air mani yang mati, lalu kami ciptakan didalamnya kehidupan, atau jawaban dari Nabi Muhammad adalah mengiyakan. Dia berkata ,” siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang hancur telah luluh?”. Maksudnya telah rusak. Ada yang mengatakan ,” bahwa orang kafir ini berkata kepada Nabi SAW, bagaimana pendapatmu jika aku menyerahkan tulang-tulang ini keudara apakah tuhanmu mengembalikannya?. Maka turun lah ayat 79 “katakanlah , ia akan dihidupkan oleh tuhan yang akan menciptakan kali pertama,” maksudnya, sejak belum menjadi apa-apa, akan tetapi Allah maha kuasa untuk mngembalikan pada penciptaan kali yang kedua dari sesuatu.” Dan Dia maha mengetahui tentang segala hakikat makhluk, maksudnya, bagaimana Dia menciptakan dan mengembalikan.
            Kemudian ayat  80, Allah memperingatkan akan keesaan-Nya. Ayat ini menunjukkan pada kesempurnaan keesaaNya dalam menghidupkan orang mati dengan apa yang mereka saksikan, seperti mengeluarkan api dari yang kering kemudian api itu membakar kayu yang masih hijau. Hal itu, karena orang kafir berkata: “ berdasarkan tabiat  kehidupan , air mani itu hangat dan basah, sehingga keluar sesuatu yang hidup darinya. Sedangkan tulang basah akan kering jika telah mati, maka bagaimana bisa keluar kehidupan darinya.” Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu  api dari kayu yang hijau.” Maksudnya, sesungguhnya pohon hijau itu mengandung air, dan air itu basah, dingin dan lembab, kebalikan dari api dan keduanya tidak mungkin bersatu. Akan tetapi Allah mengeluarkan api itu dari pohon hijau. Karena dia mampu untuk  mengeluarkan lawan dari lawannya, dan dia maha kuasa atas segala sesuatu.
            Ayat  81-82, maksud ayat tersebut adalah “ dan apakah manusia kehilangan akal sehingga tidak menyadari kuasa-Nya? Tidakkah dia  yang maha kuasa itu, yang menciptakan langit dengan dengan segala bintang dan planet-planetnya yang demikian besar dan luas, dan menciptakan bumi dengan aneka ragam makhluk yang menghuninya? Tidakkah Tuhan yang demikian hebat dan mengagumkan ciptaanNya, maha kuasa untuk menciptakan kini dan masa datang siapapun seperti mereka yang mengingkari keniscayaan ini walau jasad mereka telah hancur. Akan tetapi orang-orang yang ingkar meragukan kekuasaan Allah untuk mewujudkan kembali sesuatu yang telah pernah ada dan bahannya pun masih ada. Tidakkah kamu mengetahui bahwa Allah tidak membutuhkan waktu atau bahan untuk menciptakan atau mewujudkan sesuatu. Tidak lain perintahNya, apabila dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya : ‘ jadilah , maka terjadilah apa yang di kehendakiNya, sesuai kehendakNya kapan, bagaimana dan dimana pu juga. Jadi ayat tersebut berbicara tentang kuasa Allah yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.[2]

4.      Ibrah Q.S. Yasin ayat 78-82
Ibrah yang dapat diambil dari surah ini adalah :
a.       Allah yang telah menciptakan manusia, dunia ini beserta isinya, oleh karena itu janganlah sombong dan menjadi pendurhaka.
b.      Dengan keEsaan dan kuasanya Allah dapat melakukan apa yang dikehendaki-Nya.

B.     Surat Al-Qari’ah
1.      Teks Ayat
ٱلۡقَارِعَةُ ١  مَا ٱلۡقَارِعَةُ ٢  وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡقَارِعَةُ ٣  يَوۡمَ يَكُونُ ٱلنَّاسُ كَٱلۡفَرَاشِٱلۡمَبۡثُوثِ ٤ وَتَكُونُٱلۡجِبَالُ كَٱلۡعِهۡنِٱلۡمَنفُوشِ ٥  فَأَمَّا مَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ ٦ فَهُوَ فِي عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ ٧  وَأَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ ٨ فَأُمُّهُۥ هَاوِيَةٞ ٩  وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا هِيَهۡ ١٠  نَارٌ حَامِيَةُۢ ١١
“Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu. Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu. Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran. dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya. Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu. (Yaitu) api yang sangat panas.” (Q.S Al-Qari’ah : 1-11)




2.      Kosa kata
ٱلۡقَارِعَةُ                  = hari kiamat              
أَدۡرَىٰكَ                          = tahukah kamu                     
ٱلۡفَرَاشِٱلۡمَبۡثُوثِ        =anai-anai yang berterbangan
ٱلۡعِهۡنِٱلۡمَنفُوشِ         = bulu yang dihambur-hamburkan
ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُ         = berat timbangan (kebaikannya)nya
عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ                   = kehidupan nyang memuaskan
خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُ         = ringan timbangan (kebaukannya)nya

3.      Penafsiran Ayat
Surat Al Qari’ah adalah surat ke-101 dalam Al Quran. Surah ini terdiri dari 11 ayat, termasuk surat surat Makkiyah, diturunkan setelah surat Quraisy. Nama Al Qariah diambil dari kata Al-Qari’ah terdapat pada ayat yang pertama,artinya menggebrak atau mengguncang, kemudian kata ini dipakai untuk hari kiamat.[3]
ٱلۡقَارِعَةُ. Kata tersebut merupakan salah satu istilah yang pengertiannya adalah hari kiamat. Sama seperti kata Al-Haqqah, As-Sakhkhah, At-Tammah dan Al-Ghasyiah. Dikatakan dengan kata tersebut karena hari kiamat itu menggetarkan hati disebabkan bencana yang terjadi pada saat itu. Dalam hal ini bencana biasa yang besar pun juga dinamakan Al-Qari’ah. Allah swt berfirman :
وَلَا يَزَالُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ تُصِيبُهُم بِمَا صَنَعُواْ قَارِعَةٌ ٣١
“…Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri… “ (Q.S Ar Ra’d : 31)
            Maksudnya, bencana besar yang menggetarkan hati mereka dan menghancurkan badan mereka, sehingga mereka sakit luar biasa.
مَا ٱلۡقَارِعَةُ. Uslub ini dimaksudkan untuk memberitahukan betapa dahsyatnya keadaan hari kiamat. Karena terlalu dahsyatnya, sehingga sulit digambarkan dan diketahui hakikat hari kiamat itu.
وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡقَارِعَةُ. Maksudnya adalah seakan-akan tidak ada satu peristiwa pun yang lebih besar disbanding Al-Qari’ah. Sekalipun kita sudah membayangkan dan menduga kejadiannya, pada dasarnya peristiwa hari kiamat itu lebih dahsyat dari yang kita bayangkan.
            Ketika Allah swt menjelaskan bahwa mengetahui hakikat hari kiamat itu adalah sesuatu yang mustahil bagi manusia, maka Allah mendefinisikan hari yang akan terjadi itu sebagai kiamat kiamat.[4]
            Kemudian Allah menafsirkannya dengan firman-Nya :
يَوۡمَ يَكُونُ ٱلنَّاسُ كَٱلۡفَرَاشِٱلۡمَبۡثُوثِ
            Maksudnya, dan pergi manusia serta berpencarnya manusia dari tempat-tempat mereka bagaikan binatang anai-anai yang berterbangan, sebagaimana firman Allah :
كَأَنَّهُمۡ جَرَادٞ مُّنتَشِرٞ ٧
“ Mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan.” ( Q.S Al Qamar : 57)[5]
            Al Farasyi, adalah laron yang biasa mengerumuni sinar lampu ketika malam hari. Maksudnya sebagai perumpamaan tentang kebodohan dan ketidaktahuan akibat perbuatan itu. Al Mabtsuts, adalah yang terpisah dan bercerai-berai. Arti ayat: bahwa karena kengerian manusia yang hidup ketika terjadinya hari kiamat, maka mereka akan bercerai-berai kebingungan dan tidak mengerti apa yang harus mereka perbuat, dan tidak mengetahui apa yang mereka inginkan. Keadaan mereka yang seperti itu ibarat laron yang mempunyai tabi’at bercerai-berai, tidak mempunyai satu arah, bahkan setiap laron akan terbang kea rah yang berlainan dengan temannya.
            Orang-orang itu dalam ayat lain diumpamakan seperti belalang yang menyebar karena terlalu banyaknya dan bergelombang. Seperti dalam suratAl-Qamar yang telah disebutkan dia atas.[6]
وَتَكُونُٱلۡجِبَالُ كَٱلۡعِهۡنِٱلۡمَنفُوشِ. Mujahid, Ikrimah, Sa’id bin Jubair, Al Hasan, Qatadah, Atha’ Al Kharsani, Adh-Dhahlak, dan As-Sady berkata: Al ‘Ihnu artinya ash-shufu, yaitu  bulu.[7]
            Al-Manfusy : yang bulunya yang diawut-awut (diacak-acak), sehingga sangat ringan dan mudah dibawa angin.
            Artinya: sesungguhnya keadaan gunung-gunung ketika itu,karena partikel-partikelnya bercerai-berai, sehingga Nampak seperti bulu domba diawut-awut beterbangan. Kemudian bagaimana dengan keadaan umat manusia ketika terjadi peristiwa tersebut? Padahal tubuh manusia itu jelas lemah, cepat rusak; dan  dibayangkan bagaimana mereka?
            Di dalam Al-Quran banyak sekali pengungkapan tentang keadaan gunung ketika tiba saatnya hari kiamat. Misalnya firman Allah :
وَتَرَىٱلۡجِبَالَ تَحۡسَبُهَا جَامِدَةٗ وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ ٱلسَّحَابِۚ صُنۡعَ ٱللَّهِٱلَّذِيٓ أَتۡقَنَ كُلَّ شَيۡءٍۚ إِنَّهُۥ خَبِيرُۢ بِمَا تَفۡعَلُونَ ٨٨
“ Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S An-Naml : 88)
يَوۡمَ تَرۡجُفُ ٱلۡأَرۡضُ وَٱلۡجِبَالُ وَكَانَتِ ٱلۡجِبَالُ كَثِيبٗا مَّهِيلًا ١٤
“ Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang berterbangan.” (Q.S Al-Muzammil : 14 )
وَسُيِّرَتِٱلۡجِبَالُ فَكَانَتۡ سَرَابًا ٢٠
“ Dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah.” (Q.S An-Naba : 20)
            Semua itu menunjukkan bahwa benda-benda raksasa yang seharusnya kokoh dan mantap, ternyata tak mampu menahan situasi hari kiamat yang sangat dahsyat. Jika gunung saja hancur, lebih-lebih kalian wahai manusia. Engkau adalah makhluk yang lemah dan tak mempunyai kekuatan apa pun.
            Di dalam ayat tersebut terkandung peringatan bagi umat manusia secara jelas dan dapat dimengerti.
            Setelah Allah menjelaskan tentang hari kiamat, yakni keadaan sebagian makhluknya ketika itu, kemudian Allah menjelaskan tentang balasan amal perbuatan. Dalam hal ini Allah berfirman:
فَأَمَّا مَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ ٦ فَهُوَ فِي عِيشَةٖ رَّاضِيَةٖ. Berat timbangan seseorang tergantung amalnya, jika yang lebih berat timbangan amal baiknya, maka mereka mendapat balasan nikmat yang abadi, mereka hidup dengan senang. Sebagian Mufassir ada yang mengartikan bahwa yang ditimbang adalah suhufnya(catatannya), yang berisi catatan baik dan buruk.
            Setelah Allah menjelaskan kenikmatan orang-orang yang berbuat baik kemudian Allah menjelaskan siksaan yang akan diterima oleh orang-orang yang berbuat buruk. Allah berfirman:
وَأَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ ٨ فَأُمُّهُۥ هَاوِيَةٞ. Dikatakan khaffa mizanahu (kadar atau bobotnya Nihil). Jadi, seakan-akan ditimbang, bobotnya tidak akan naik. Barang siapa yang ketika di dunia banyak berbuat jahat, sedikit melakukan kebaikan, mengotori dirinya dengan kemusyrikan dan perbuatan-perbuatan maksiat, termasuk sering melakukan kerusakan di bumi, maka hasilnya adalah nihil. Timbangannya jika diletakkan di atas mizan sama sekali tidak berbobot (kosong).
            Kita diwajibkan beriman kepada apa yang telah disebutkan di dalam al-Quran sebagai mizan secara bulat. Sebagaimana yang telah disebutkan di dalam firman Allah:
وَنَضَعُٱلۡمَوَٰزِينَٱلۡقِسۡطَ لِيَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِ فَلَا تُظۡلَمُ نَفۡسٞ شَيۡ‍ٔٗاۖ وَإِن كَانَ مِثۡقَالَ حَبَّةٖ مِّنۡ خَرۡدَلٍ أَتَيۡنَا بِهَاۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَٰسِبِينَ ٤٧
“ Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (Q.S Al-Anbiya : 47)
            Dan dari timbangan amal tersebut dapat dibedakan berbagai macam amal perbuatan. Dan kita tidak diwajibkan mengetahui lebih dari itu. Kita tidak dibolehkan menanyakan bagaimana caranya dan bentuknya. Semuanya harus kita serahkan kepada Allah. Hanya Allah-lah yang mengetahui masalah-masalah ghaib, sedang kita sama sekali tidak mengetahui masalah ini. Jadi, masalaha mizan ini kita hanya diwajibkan yakin terhadap adanya. Disamping itu, mizan yang dimaksud disini adalah bukan alat untuk menimbang alat-alat yang konkret, tetapi mizan untuk menimbang amal perbuatan, atau sesuatu yang abstrak, yakni kebaikan dan kejahatan. Ringkasnya, semuanya ini kita serahkan saja sepenuhnya kepada Allah, yang mengetahui tentang hal-hal ghaib.
            Ummuhu hawiyah, ialah tempat kembalinya orang yang beramal buruk. Tempat itu adlaha jurang yang paling dalam, yakni neraka Jahannam tempat mereka dicampakkan. Hal ini sama seperti seorang anak yang berlindung kepada ibunya.
وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا هِيَهۡ. Apakah kamu mengerti, apa jurang itu, dan bagaimana bentuknya? Kemudian menafsirkan pengertian hawiyah yang pengertiannya masih abstrak.
نَارٌ حَامِيَةُ. Hamiyah adalah neraka yang apinya berkobar dan sangat panas. Dan seseorang akan dicampakkan ke dalamnya untuk dibalas sesuai dengan perbuatan-perbuatan buruknya.
            Dalam ayat ini terkandung pengertian bahwa jika api di dunia itu dibandingkan dengan panasnya api neraka, maka api dunia tidaklah panas. Ayat tersebut menunujukkan betapa panasnya api nerak itu, dan betapa besar nyaala apinya.[8]



4.      Ibarah Q.S.Al-Qari’ah Ayat 1-11
1.      Penetapan akidah tentang kebangkitan dan balasan dengan menyebutkan sebagian gambarnya.
2.      Peringatan dari kejadian mengerikan pada hari kiamat dan azab Allah yang ada pada-Nya.
3.      Penetapan akidah tentang penimbangan amal shaleh dan keburukan serta balasannya.
4.      Penetapan bahwa manusia pada hari kiamat terbagi menjadi dua kelompok sesuai dengan perbuatan mereka. Satu kelompok di syurga dan satu kelompok di neraka.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Pelajaran yang bisa diambil dari Surat Yasin ayat 78-82 yaitu :
a.       Allah yang telah menciptakan manusia, dunia ini beserta isinya, oleh karena itu janganlah sombong dan menjadi pendurhaka.
b.      Dengan keEsaan dan kuasanya Allah dapat melakukan apa yang dikehendaki-Nya.
2.      Pelajaran yang bias diambil dari Surat Al-Qari’ah surat 1-11 yaitu:
a.       Penetapan akidah tentang kebangkitan dan balasan dengan menyebutkan sebagian gambarnya.
b.      Peringatan dari kejadian mengerikan pada hari kiamat dan azab Allah yang ada pada-Nya
c.       Penetapan akidah tentang penimbangan amal shaleh dan keburukan serta balasannya.
d.      Penetapan bahwa manusia pada hari kiamat terbagi menjadi dua kelompok sesuai dengan perbuatan mereka. Satu kelompok di syurga dan satu kelompok di neraka.



DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Bahrun, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, Semarang :PT. Karya Toha Putra
M. Quraish,Tafsir Al – Misbah, PT. Lentera hati, 2002
Tarmizi, Farizal, Tafsir Juz ‘Amma,Jakarta : Pustaka Azzam, 2011
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Qariah


[1]  Qur’an Terjemahan
[2] M. Quraish, tafsir, Tafsir Al – Misbah, PT. Lentera hati, 2002, hal. 178 -185
[3] https://id.m.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Qariah
[4] Bahrun Abu Bakar, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi, PT. Karya Toha Putra, Semarang,   hlm316-317.
[5] Farizal Tarmizi, Tafsir Juz ‘Amma, Pustaka Azzam, Jakarta, 2011,  hlm. 323
[6]Bahrun Abu Bakar, op.cit., hlm. 317-318.
[7]Farizal Tarmizi, op.cit., hlm. 232.
[8]Bahrun Abu Bakar, op.cit., hlm. 318-320.